Maladewa Membatalkan Rencana untuk Membuka Kembali Perikanan Rawai Tuna
scuba divingenvironmentmarine conservationfreedivingdiving
0 views - 0 viewers (visible to dev)

iStock-kurmyshov
Dalam keputusan penting yang diumumkan pada 29 Agustus 2024, pemerintah Maladewa secara resmi membatalkan proposal kontroversialnya untuk membuka kembali industri perikanan tuna rawai. Keputusan tersebut diambil setelah adanya protes dan tentangan keras dari grup konservasi, komunitas selam, dan nelayan lokal. Protes tersebut menyuarakan keprihatinan tentang penangkapan tuna mata besar dan sirip kuning secara berlebihan serta tangkapan sampingan hiu yang berbahaya, yang mengancam ekosistem laut yang terkenal di negara ini dan peran pentingnya dalam pariwisata bahari.
Siapa yang Menentang Proposal dan Mengapa?
Keputusan untuk membatalkan proposal penangkapan tuna rawai muncul setelah mendapat tentangan keras dari kelompok konservasi domestik dan internasional. Di antara suara-suara yang paling menonjol adalah masyarakat Maladewa, organisasi konservasi laut, dan industri selam, yang semuanya menekankan pentingnya melindungi keanekaragaman hayati laut negara itu.
SSI mengambil sikap tegas menentang rencana tersebut. Dalam surat resmi kepada Kementerian Pariwisata pada Agustus 2024, SSI menyatakan keprihatinan mendalam atas dampak pembukaan kembali penangkapan tuna rawai terhadap ekosistem dan ekonomi Maladewa. Pernyataan mereka menjadi sorotan:
- Status penangkapan ikan tuna mata besar dan sirip kuning yang berlebihan, yang akan semakin menipis jika perikanan dibuka kembali.
- Tangkapan sampingan hiu yang tak terhindarkan, merusak komitmen Maladewa terhadap konservasi hiu yang dibuat pada CoP ke-19 CITES.
- Dampak potensial terhadap reputasi global Maladewa sebagai tempat perlindungan hiu dan destinasi menyelam utama.
SSI menekankan bahwa konservasi hiu bukan hanya prioritas ekologis, tetapi juga merupakan landasan bagi industri pariwisata bahari Maladewa yang sedang berkembang. Menurut penelitian, perlindungan hiu yang kuat telah meningkatkan Demand pariwisata sebesar 15%, dengan wisata selam yang berhubungan dengan hiu menyumbang lebih dari US$5 juta bagi perekonomian lokal. Sebaliknya, mengizinkan perikanan tuna dibuka kembali dapat menyebabkan penurunan Demand pariwisata sebesar 50%, yang mengakibatkan hilangnya pendapatan lebih dari US$20 juta per tahun.
Mengapa Perikanan Dipertimbangkan untuk Dibuka Kembali?
Maladewa berhenti mengeluarkan izin untuk kapal penangkap ikan rawai pada tahun 2019, tetapi telah mempertimbangkan potensi pembukaan kembali perikanan rawai sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan ekspor tuna dan mendukung sektor perikanan.
Penangkapan ikan rawai, yang melibatkan penggunaan bermil-mil tali berumpan, efektif untuk menangkap spesies pelagis besar seperti tuna, tetapi terkenal dengan tingkat tangkapan sampingan yang tinggi, termasuk hiu yang rentan dan spesies bukan target lainnya.
Meskipun ekspor tuna merupakan sumber pendapatan yang signifikan bagi Maladewa, perikanan negara ini menghadapi tekanan yang semakin meningkat karena menurunnya populasi tuna dan pengawasan internasional terhadap praktik-praktik yang tidak berkelanjutan. Proposal ini berusaha menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan pengelolaan sumber daya, tetapi para kritikus berpendapat bahwa risiko ekologi dan ekonomi jangka panjang jauh lebih besar daripada keuntungan jangka pendek.
Mengapa Ekosistem Laut Maladewa Perlu Dilindungi
Terumbu karang Maladewa dan perairan di sekitarnya merupakan salah satu ekosistem laut yang paling beraneka ragam di dunia. Rumah bagi lebih dari 1.100 spesies ikan dan 200 spesies karang, terumbu karang memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan laut dengan mendukung perikanan, memberikan perlindungan pantai, dan menjadi tempat berkembang biak bagi spesies laut yang tak terhitung jumlahnya.
Menyelam di Maladewa adalah landasan ekonomi Maladewa, menghasilkan jutaan dolar setiap tahun dan mendukung mata pencaharian lokal. Reputasi negara ini sebagai destinasi menyelam utama dibangun di atas terumbu karang yang masih asli, kehidupan laut yang melimpah, dan statusnya sebagai suaka hiu global.
Para penyelam berduyun-duyun ke Maladewa untuk menikmati lokasi penyelaman kelas dunia seperti Teluk Hanifaru, yang terkenal dengan kawanan pari manta, dan South Ari Atoll, area ikonik untuk menyelam bersama hiu paus.
Konservasi spesies penting, seperti hiu dan tuna, sangat penting tidak hanya untuk kesehatan lautan, tetapi juga untuk mempertahankan daya tarik Maladewa bagi wisatawan yang sadar lingkungan. Populasi hiu, khususnya, sangat penting bagi keseimbangan ekosistem laut dan merupakan daya tarik utama bagi para penyelam. Kehilangan spesies ini akibat tangkapan sampingan atau praktik yang tidak berkelanjutan akan berdampak pada lingkungan dan ekonomi.
Keputusan Maladewa untuk membatalkan rencana pembukaan kembali penangkapan tuna rawai merupakan bukti kekuatan advokasi kolektif dan pentingnya memprioritaskan keberlanjutan. Dengan mendengarkan keprihatinan kelompok konservasi, komunitas selam, dan pemangku kepentingan setempat, pemerintah telah menegaskan kembali komitmennya untuk melindungi lingkungan laut yang unik di negara ini.
Langkah ini tidak hanya mempertahankan posisi Maladewa sebagai pemimpin global dalam pariwisata dan konservasi laut, tetapi juga memastikan bahwa ekosistem lautnya yang dinamis akan terus berkembang selama beberapa generasi yang akan datang.
Jika Anda bersemangat untuk melindungi dunia bawah laut yang Anda sukai, mengapa tidak mengambil tindakan? Bergabunglah dengan SSI Blue Oceans dan jadilah bagian dari komunitas global yang berdedikasi pada konservasi laut.
Dengan bergabung, Anda akan mendapatkan alat dan pengetahuan yang Anda butuhkan untuk membuat perbedaan nyata, sambil mendukung pelestarian lautan kita.
Siap untuk memulai? Pelajari lebih lanjut di sini: