Kaum muda di Hamburg menolak mikroplastik dalam kosmetik

Pada tanggal 15 Oktober 2016, disertai dengan botol kosmetik sepanjang tiga meter terbuat dari kayu, sekitar 70 pemuda berenang di Binnenalster di Hamburg menyerukan pelarangan penggunaan plastik dalam pembuatan kosmetik. Itu tagline "#Wallmachen für Meeresschutz: Tidak ada plastik dalam kosmetik" bisa jadi baca di spanduk berukuran lima kali 2,5 meter yang mengambang di sungai.

"Kami tidak ingin plastik — tidak menempel di tubuh kami, tidak di sungai, dan lain-lain laut," kata Sarah Niknamtavin, 17.

Musim panas ini, setelah sia-sia mencoba membujuk produsen kosmetik untuk secara sukarela berhenti menggunakan mikroplastik, Greenpeace telah mengalihkan fokusnya pada generasi muda.

Terakhir akhir pekan, mereka mengorganisir protes di Binnenalster (Inner Alster Lake) di Hamburg dimana para pemuda terlihat menanyakan hal tersebut kepada masyarakat tanda tangan untuk mengajukan petisi kepada Menteri Lingkungan Hidup Federal Barbara Hendricks untuk membuat undang-undang larangan penggunaan plastik dalam kosmetik.

Setiap hari, plastik dari bahan pengelupas kulit, gel mandi dan lainnya produk kosmetik melewati limbah kita ke sungai dan laut. Seperti item mengandung partikel plastik kecil seperti bahan abrasif, film atau pengisi agen. Plastik cair dan lilin juga digunakan dalam kosmetik dan produk perawatan pribadi, meskipun tersedia alternatif.

"Kosmetik alami tidak mengandung plastik. Untuk produk kosmetik lainnya, Anda harus memeriksa daftar bahan pada kemasan dengan hati-hati mengidentifikasi produk tersebut dengan plastik. Siapa yang mau mengolesi plastik wajah mereka?" kata Niknamtavin sambil menunjuk daftar plastik yang umum. Di sampingnya, para pemuda lain sibuk membagikan daftar tersebut kepada orang yang lewat.

Plastik tidak dapat terurai secara hayati dan tetap berada di lingkungan selama beberapa dekade atau bahkan berabad-abad. Pada saat yang sama, mereka menumpuk pada polutan yang sudah ada di dalam air. Jadi, mikroplastik adalah masalahnya secara fisik dan kimia. Seiring waktu, mereka akan rusak menjadi partikel-partikel kecil yang disebut mikroplastik.

Dalam rantai makanan, para ilmuwan sudah mendeteksi keberadaan mikroplastik, belum hanya pada zooplankton terkecil, tetapi juga pada ikan dan makanan laut seperti tuna, cod, mackerel, kerang dan udang Laut Utara.

Greenpeace baru-baru ini laporan merangkum keadaan penelitian saat ini ( seperti yang kami laporkan di sini ).

Lihat di sini untuk informasi lebih lanjut